miss u mbah ^_^


“ YANG KEMBALI PADA-NYA”
Dua minggu sebelum berita itu membuat asa ini menggumpal. Aku dikabari Om Kholik kalau mbah jatuh dan tidak bias apa-apa lagi. Fikirku itu hanya penyakit orang tua yang biasa. Aku masih saja mengabaiakn  kabar itu. Setelah tiga hari kemudian, aku di telfon Ayah untuk segera pulang, karena mbah semakin parah dan aku diminta untuk segera pulang. Ada apa dengan mbah? Begitu aku mendapat kabar ini aku langsung kaget. Pagi itu juga aku pulang, kebetulan Raden anak temen ibu juga mau pulang. Akhirnya kita pulang naik motor. Dari semarang jam 3 sore, aku rasa sampe rumah bisa sebelum isya. Diperjalanan ada kegundahan yang begitu besar, aku hanya berdoa semoga mbah yang sedang dalam sakit bisa diberi kemudahan, dan ada cucunya selain aku yang memegang tangannya. Aku jadi ngerasa salah, ingat satu bulan yang lalu. Mbah minta diantar kerumah tapi aku ogah-ogahan karna aku asyik main game, dan seketika itu juga aku menutup pintu kamar keras-keras.
Hpku berbunyi, aku meminta Raden untuk berhenti sebentar.
“ haloo….?”
“ iyah Om?ada apa….?”sahutku pada adik ayah yang sangat dekat denganku.
“ udah sampe mana? Sudah ditunggu sama mbah…. !!!” tegas omku menyuruh untuk segera kerumah mbah.

Alhamdulillah tepat pukul 19.45 WIB, aku sampai di rumah. Aku ingin istirahat sejenak, rasa lelah naik motor seperti tubuh akan remuk. Tapi, kata ibu aku di suruh ke tempat mbah. Aku pun mengikuti omongan ibu. Tak enak juga dari tadi di telfon aku tidak juga mengeluarkan batang hidungku.
“ assalamu’alaikum…?” sapaku pada saudara-saudaraku yang sudah kumpul dirumah mbah.
“ wa’alaykususalam…. Bapa mana key?”
“ itu……@#$%”
Belum sempat aku menjawab, tante keempatku langsung menyuruh aku pulang lagi dan segera membawa mobil bersama ayah karena mbah sudah sangat kritis, saat itu juga aku langsung pulang dan memberi tahu kepada Ayah kalau mbah harus di bawa kerumah sakit.
“bu…. Ayah mana? Dirumah mbah ada dokter darmawan, katanya mbah harus cepat-cepat dibawa kerumah sakit.”
Terikakku menuju kekamar mencari ayah.
Kemudian meluncurlah aku dan Ayah dengan Inova Silvernya, Ayah tak menghiraukan tamu yang baru datang. Sesampainya di rumah sakit, mbah langsung di bawa ke ruang UGD. Kata dokter mbah terkena struk. Dan harus dirawat inap. Keluarga hanya mengiyakan apa kata dokter, yang penting mbah mendapat perawatan yang cukup. 3 hari berlalu, mbah belum juga mendapat perubahan. Dan kata dokter mbah harus di pindah keruang ICU, untuk mengeluarkan lendirnya yang sudah terlalu banyak dikerongkongan. Keuangan keluarga semakin menipis, keputusan hanya pada Ayah sebagai anak tertua. Ayahpun hanya mengikuti saran dokter, karena Ayah juga tak mau mengambil keputusan yang ujung-ujungnya disalahkan orang lain. Ada sedikit perselisihan, wajar saja ibu merasa keberatan kalo Ayah mengambil keputusan itu. Mungkin ibu takut kalo soudara-sodaranya tak ikut andil dalam biaya RS. Karena kebetulan diantara anak-anak mbah yang cukup sukses adalah Ayah. Tapi ibu paham dengan situasi. Di samping itu, Aku sedikit kecawa tak bisa menemani mbah, setiap waktu. Karena ruang ICU tak bisa sebebas di ruang yang lain, semua ada aturannya. Sehari setelah mbah di pindah di ruang ICU, aku harus berangkat kembali ke Semarang. Sebenarnya tak ingin kaki ini melangkah menjauh dari nafas lelah mbah. Aku masih ingin mengiringi mbah untuk membaca sholawat di ICU. Aku pamit, kucium keningnya dan kugenggam tangannya.
“ mbah…. Keyla berngkat dulu, mbah sembuh yah?”
Aku hampir saja meneteskan air mata. Hingga akhirnya aku mendengar mbah menyebut namaku. Dan aku mencoba memahami maksudnya dengan salam. Hari berlalu, kuliahku sedikit terasa terganggu dengan keadaan mbah. Aku sampai tidak nafsu makan, setiap hari aku menghubungi om dan tante yang sedang menunggui mbah. Kadang aku sengaja telfon, barang kali saja mbah sudah benar-benar bisa ngobrol. Namun, aku hanya bisa brdoa di setiap nafasku. Satu minggu berlalu. Setelah sholat magrib selama mbah sakit aku selalu membaca surat yasin, sekedar untuk memberikan jalan terang agar Alloh memberikan jalan yang baik pada mbah. Entah kenapa tepat malam senin itu, aku membaca surat yasin dengan begitu fasih dan sempat ingin menangis. Aku ingat apa yang kemarin-kemarin diajarkan mbah. Mbah banyak sekali memberikan aku gambaran kehidupan akan sebuah kesabaran. Setiap 3 hari sebelum lebaran aku selalu diajak menemani mbah berdagang, karena takut banyak penjual beli baju lebaran, namun diluar dugaan waktu itu pembeli benar-benar sepi, mbah juga tak punya uang sepeserpun, waktu itu aku punya keinginan kalo nanti aku sudah bisa punya uang sendiri mbah akan aku ajak kemana aku pergi. Mbah juga selalu mengjari aku ketika akan memulai hari awali dengan bismillah. Dulu setiap aku antar pulang disetiap perjalanan mbah selalu mengucap bismillah, katanya takut nanti kalau jatuh gimana. Maklum dulu berat mbah separuh lebih gemuk dari beratku.Tiba-tiba ayah menelfon,
“ key…. Besok subuh kamu pulang yah, minta ijin dulu sama dosen sehari.”
Aku tak maksud dengan kehendak ayah yang menyuruhku pulang tanpa alasan. Ditutupnya langsung ponsel ayah. Aku bingung setengah mati. Dan tiba-tiba om kholik sms memberi tahu kalo mbah sudah tenang. “innalillahi wainnaillaihi rojiun….” Tumpahlah air mata itu. Teman-teman kos ikut menenangkan. Keesokan harinya aku diantar mbk lisa temen kos sekamarku. Ada kegundahan dan lebam yang tak bisa tertutup. Aku hanya bisa menahan dengan sholawat nariyah, sholawat yang selalu dilantunkan mbah kalo aku lagi sakit kepala. Ingatanku menerawang, ada sekelumit sesal kalau aku belum sempat meminta maaf untuk yang terakhir kalinya. Dalam kaligung aku berharap bisa sampai sebelum mbah dimandikan untuk terakhir kalinya. Hpku kembali berdering, om kholik menelfon menanyakanku sekarang sudah sampai dimana. 3 jam berlalu, sesampainya di stasiun aku dijemput raden. Dan segera menuju kerumah mbah. Aku mendapatkan mbah sudah dibalut kain putih wangi, kain suci yang membawa ke rumah terakhir. Wangi sekali dengan senyumnya yang indah. Aku mencoba tegar, tak ada air mata sampai aku selesai membaca surat yasin di hadapannya yang terakhir kali. 2 jam berlalu, mbah segera akan dimakamkan. Disitulah aku kembali berbicara pada rona merah ini. Dengan senyum ihklasnya kuberi senyum ikhlas pula untuk mengantar mbah agar tenang disana. Selamat jalan mbah…………!@#$%^&*()






Komentar

Postingan populer dari blog ini

>>>> mother

Nulis lagi