BU GURU


Jadi Guru Itu sesuatuMasih belum yaqin dan percaya sama diri sendiri kalo sekarang aku ini udah jadi guru. Hmmm.... dan perasaan itu mengakibatkann tidak konsentrasinya aku kepada kesiapan ini. rasanya masih seperti beban. Rasanya mereka masih seperti musuhku. Dan rasanya aku masih belum bisa menggenggam mereka.

Mimpi..mimpi..dan mimpiii.... entah apa yang sebenarnya jadi mimpiku. Sejenak aku terdiam. Sejenak aku menerawang. Sejenak aku menghela nafas dalam. Mengartikan dari semuanya ini. setiap pasang mata yang melihat. Setiap lisan yang terdengar yang mereka gumam adalah bentuk keberuntungan. Ya... ini kalimat kesekian kalinya yang aku sampaikan dari hati tentang keberuntungan yang tak terduga dari Nya. Ucap syukur ini tak pernah berhenti. Namun kadang. Aku yang hanya manusia rapuh yang hanya selalu mengeluh yang hanya selalu merasa sendiri. Lagi-lagi selalu dalam bayang kejenuhan yang tiada akhir yang membuat hidup serasa hampa. Astaghfirulloh...
Sejatinya hati ini ingin selalu dalam pelukanMu Tuhan...:)
“bu.cantik....” sapaan dari salah satu siswi disudut sekolah.
“halooo..” balasku dengan senyuman.
Satu bulan disini seperti sudah setahun. Alhamdulillah perasaan ini sudah mulai merasakan keakraban yang lebih ke penduduk sekolah ini. setidaknya semuanya bisa menutupi keterasinganku. Menjadi seorang seperti aku tidak mudah. Dan memang semuanya harus melalui proses yang cukup panjang. Aku berada disini karena takdirNya. Lewat ayahku sendiri yang membantuku agar aku bisa bekerja disini. Semua kuasa Alloh. Dan aku selalu diberi kepercayaan. Bahwa semua ini karena peluangku ada disini. Bukan siapa-siapa kecuali Alloh.
Setiap orang menanyakan dimana aku bekerja. Setiap itu pula orang-orang berkomentar sama. Dan intinyapun sama. Karena Ayah.
“ufh.... karena Ayah” gumamku sendiri disudut ruangan spesial yang sudah disiapkan untukku.
Awalnya dan permulaan yang cukup mengganggu cara hidup aku. Tapi mau tidak mau ini harus dihadapi. Karena ini kesempatan. Sebelum aku berada disini. Ada banyak pertengkaran dalam bathin sendiri. Tapi... semuanya luluh karena hanya satu tujuanku yaitu membanggakan Ayah Ibu.
Aku disini paling muda. Dan masuk baru sendirian. Ini tantangan yang luar biasa. ketika aku harus menghadapi teman sekerjaku yang hampir semuanya adalah rekan kerja Ayah juga. Rasa canggung rasa serba tidak enak dan rasa selalu asing selalu bergelantungan disetiap tingkah lakuku. Dan lagi lagi mau tidak mau, Alloh memberi pelajaran hidup. Bagaimana aku harus mampu menghadai apapun yang ada didunia ini.
Sebenarnya tidak semuanya teman-teman kerja atau yang biasa dengan sapaan ibu guru dan pak guru ini tua. Ada yang hampir seumuran denganku. Tapi memang, aku disini paling muda. Ada mbk A guru IPA yang umurnya diatas aku 2 tahun, mbak B yang sama-sama guru seni dan satu ruangan yang kira-kira usianya 4 tahun diatas aku. Setidaknya lewat mereka aku bisa dekat dan belajar memahami lingkungan ini. tapi diluar dugaan, mencoba mengakrabi, mencoba berkomunikasi, namun semuanya tak bisa menyatu. Ya... aku merasa jauh dari mereka dan mereka pun tak mencoba mendekatkan aku dengan lingkungan ini. apa boleh buat, aku berusaha mengenal ini semua dengan pengamatanku sendiri.
“nduk...kamu ndak malu jalan sama ibu ?” tanya bu.Lina kepadaku. Bu.Lina itu guru seni juga. Beliau sudah cukup berpengalaman. Usianya juga sudah tidak main-main. Tapi semangat mudanya masih membara. Aku merasa akrab dengan beliau karena beliau selalu membukakan sesuatu untukku dilingkungan ini. mengenalkanku bagaimana dan bagaimana sebaiknya aku bersikap. Setidaknya agar aku mengerti dan paham dengan lingkungan ini. jadi aku merasa tidak canggung dengan lingkungan baruku ini.
“ kenapa mesti malu Bu... aku malah yang gak enak, setiap apa-apa malah minta tolongnya ke orangtua.” Jelasku pada bu.Lina.
“ yaa kan kamu jalan sama nenek-nenek....” jawabnya bu.LIna dengan sedikit meledek sendiri.
“ wahhh justru itu bu... jadi kan aku bisa mengambil pengalaman lebih luas dan banyak. Sudahlah bu... aku tuh kalo sama orang kalo orangnya welcome sama aku, aku ya uga sebaliknya.” Tegasku dengan sedikit membela diri dan berusaha memahami beliau yang separuh usia.
Sembari berjalan ke arah kantin guru. Dengan semangatnya kusapa setiap pasang mata dan paras baru yang melintas didepanku. Senyum ini tidak pernah berhenti sengaja untuk mengenalkan keramahanku. Karena itu pesan ibu. “yang penting ramah dan senyum, biar nanti kamu enak dikenal” dan betul sekali. Senyuman ini mengajakku menjabat tangan-tangan baru yang belum aku kenal sama sekali.
Hari demi hari...... sudah sebulan lebih. Dalam sebulan aku sudah diperkenalkan dengan beberapa kegiatan yang mengajakku untuk mengerti. “ooooo..... begini ya jadi guru?” baru O.... tapi rasanya nyawa ini masih saja belum bisa menyatu. Sampai pada suau hari yang belum genap satu bulan.
Ketika itu aku masuk kelas. Jam ngajarku dikasih kelas belakang yang cukup dan sangat rame. Hari pertama suaraku hampir saja ingin meledak . minggu berikutnya dikelas yang aku masuki pada hari pertama. Kucoba mendekatkan diri ke siswa, kucoba mengajak santai tapi serius, kucoba segala cara agar mereka mampu setidaknya untuk menghargai siapa yang ada didepan. Rasanya..... sabar ini luar biasa. tapi ya sudahlah. mungkin karena ini baru adaptasi. Jadi butuh waktu juga untuk memperkenalkan siapa aku, dan siapa mereka. Dan dibalik semua itu pasti ada pembelajaran untukku. Ya... disini aku juga belajar, belajar untuk menjadi orang tua yang dewasa.
Masih dalam suasana belum genap 1 bulan. Yang lalu itu banyak kegiatan di sekolah. Ada moment yang bikin perasaan ini enak banget. Namanya “gebyar Abita Abida” isinya pentas seni siswa siswi. Serangkaian pertunjukkan yang berlabel seni semuanya ditampilkan. Dan kagum yang membawaku mulai mencintai dengan lingkungan ini. karena aku merasa punya seni, dan seni yang mengajarkanku untuk mencintai. “luar Biasa”. ya.... setelah hari-hari itu aku mulai merasakan dekat. Entah apa ini namanya. Aku mencoba mencairkan suasana disetiap obrolan dengan siapapun.
Walaupun kadang masih saja ada orang-orang yang membuatku terusik disekelilingnya. Ada saja macam orang dengan tingkah laku penerimaan dan pemberiannya. Aku jadi bingung sendiri dengan dengan sikap hangatku ini kalo aku udah kenal dengan siapapun, tapi mungkin memang aku ini agak jutek kalo belum kenal dengan siapa. Yang satu ini cerita seperti biasanya selayaknya manusia dengan manusia, kali ini perbincangan adaptasiku dengan salah satu guru yang sama-sama seruangan. ANEH. Bukan aku tapi dia. Dan orang-orang pun yang aku dengar seperti aku merasakannya. Aku selalu mencoba membuka percapakan. Tapi dia selalu menutupnya dengan jawaban singkatnya. Padahal pertanyaanku layaknya dijawab dengan cerita panjang yang seharusnya bisa mengakrabkan aku dengan dia. Seminggu dua minggu dan dalam minggu-minggu lanjutnya. Masih saja seperti keadaan pertama kali bertemu. Tapi ya sudahlah. Aku disini kan baru, ikuti saja apa yang ada. Toh aku gak berbuat macam-maacam. Dan masih dalam batas wajarnya.


Hari ini sudah menginjak sebulan lebih 13 hari.. suasana KBM agak singkat karena hanya ulangan semester saja. Setiap hari hanya 2 mata pelajaran, dan jam pulangpun juga ikutan agak cepat dari biasanya. Sudah 3 hari aku sering menyendiri, hampir sama seperti pertama kali aku merasakan suasana ini, ya...merasa tidak punya teman dan rekan kerja untuk ngobrol. Aku lebih senang diruangan ini, karena aku bisa menguraikan inspirasiku.  Lumayan lah, buat melanjutkan rasa yang tertinggal ini, setidaknya aku bisa kembali eksis untuk merasakan bakatku yang sempat tertinggal. Siapa tau suatu hari nanti, ada yang baca tulisanku dan bisa diterbitkan.
Penulis dan ibu rumah tangga. Mimpi??? Ya... yang ada saat ini ketika aku terdiam dalam keterasingan. Selalu bermimpi dan bermimpi... kapan aku bisa punya karya sendiri ? aku masih belum terjaga saat ini. aku masih terbang dalam mimpi. Masih mempersiapkan kekuatan raga untuk menghadapi kenyataan yang ada. Entah apa itu. Rahasia Yang Kuasa.
“ haloo cantik..” seraya menyalamiku.
Bu. Harum yang selalu memujiku ketika aku mengajaknya salaman. Pujian itu seakan memberi semangat. Kalau penampilanku ini layak dan menarik. Dan setidaknya dengan pujian itu aku juga bisa merasakan kehangatan antara aku dengan guru-guru yang hampir usianya setara dengan ibu.
Aku sumringah dengan pujian itu. Tidak munafik, setiap hari aku merasakan GR. Tapi tak apalah... yang penting aku disini bekerja dan ibadah.
Menjadi seorang guru itu masih sesuatu bagiku. Walaupun setiap hari aku selalu melihat tingkah Ayah dan Ibu dengan gaya Gurunya.
Ya... semoga disini aku bisa mengembangkan bakat-bakat kecil ini. semoga bisa bermanfaat selayaknya simbol guru sebagai pengabdi tanpa balas jasa. J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

miss u mbah ^_^

>>>> mother

Nulis lagi